Senin, 26 September 2016

Jasa Editing Video Pernikahan, Ulang Tahun, dan Acara Keluarga Lainnya Telp/SMS/WA 085693257716

Kami menerima Jasa Editing Video :

1. Pernikahan
2. Ulang Tahun
3. Gathering Keluarga/Perusahaan
4. Acara Keluarga
5. Dll

Hubungi Kami :

Yusuf Wahyudin

Telp/SMS/WA :

085693257716

Hijrah Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah

Setelah baiat aqabah ke-2 ditunaikan, umat Islam di Madinah pun siap menyambut kedatangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di kota mereka. Jumlah umat Islam di Madinah yang sudah cukup banyak membumbungkan optimisme untuk menjadi Anshar, penolong dan pelindung Rasulullah dan para sahabat Muhajirin. Dan Maha Sempurna Allah dengan segala ketetapan takdir-Nya. Dialah yang menyiapkan kondisi Kota Madinah setelah sebelumnya membekali ketangguhan iman dan mental umat Islam dengan kondisi Mekah yang sulit dan mengancam nyawa. Dialah pula yang menentukan waktu yang tepat bagi Rasul-Nya dan umat Islam untuk memulai fase madani. Allah izinkan Nabi dan para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib, Madinah al-Munawwarah.

Semua para sahabat yang mampu untuk hijrah, maka wajib bagi mereka berhijrah. Yang lemah dan yang kuat, yang miskin dan yang kaya, laki-laki maupun wanita, dari kalangan merdeka atau hamba sahaya, semua menyambut perintah Allah Ta’ala.

Selasa, 06 September 2016

MENYUSURI JEJAK HAJI DI ZAMAN KHILAFAH UTSMANI [Bagian II] Oleh: KH Hafidz Abdurrahman




Pada Hari Keempat dari upacara ini, yang disebut Hari Mahmil [tandu], dimana konvoi Haji yang Mulia keluar bersama dengan tandu dan sanjaq ke tengah kota Damaskus sebagai persiapan untuk berangkat. Tandu tersebut dipasang di atas punggung unta yang posturnya paling bagus, kuat dan tinggi, yang tidak digunakan untuk tugas lain, kecuali haji. Selain tandu, unta tersebut membawa Kiswah Sultan ke Ka’bah Musyarrafah. Kiswah Sultan yang pernah digunakan di zaman Khilafah ‘Ustamani itu sampai sekarang masih tersimpan di Masjid Jamik Bursa, Turki. 

Minggu, 04 September 2016

MENYUSURI JEJAK HAJI DI ZAMAN KHILAFAH UTSMANI [Bagian I] Oleh: KH Hafidz Abdurrahman


Para Khalifah sepeninggal Rasulullah saw. telah menempuh cara yang sama, sebagaimana yang dilakukan oleh baginda saw, yaitu mengangkat Amirul Haj, dan menjadikan haji layaknya Muktamar Islam Akbar. Kami akan paparkan bagaimana jejak Kebijakan Haji di Zaman Khilafah ‘Ustmani, dimana saat itu belum ada sarana transportasi dengan menggunakan mesin yang aman dan nyaman, baik darat, laut maupun udara.

Wilayah Syam, dengan letak geografisnya, telah menjadi pusat pertemuan para jamaah haji yang datang dari Arab, Persia, Kurdi, Turkmen, India, Georgia, Albania, Afganistan, dan sebagian jamaah yang berasal dari Asia Tenggara yang datang melalui jalur darat. Sedangkan wilayah timur Islam yang lain, dengan pertimbangan bahwa jalur darat, antara Damaskus dan Hijaz adalah jalur yang paling pendek untuk kafilah haji yang berangkat untuk menunaikan ibadah haji, begitu juga kafilah dagang sejak dulu, dan zaman sebelum Islam.

Jumat, 02 September 2016

INSPIRASI HAJI-1 oleh : KH. Hafidz Abdurrahman

KH. Hafidz Abdurrahman
Haji adalah panggilan Allah. Begitulah yang Allah Subhanahu Wata'ala nyatakan sendiri dalam al-Qur'an, surat al-Hajj: 27. 

"Kumandangkanlah seruan haji kepada umat manusia, maka mereka pun akan datang kepadamu, baik dengan berjalan kaki, atau dengan mengendarai tunggangan yang kurus, datang dari tiap pelosok yang nuh jauh." 

Dalam kitab-kitab Tafsir dituturkan, Nabi Ibrahim 'alaihissalam pun kemudian naik di atas Jabal Abi Qubais, dari atas gunung tinggi yang lerengnya menyambung ke bukit Shafa itu, beliau laksanakan perintah Allah. Beliau berkata, "Wahai manusia, rumah Allah telah dibangun, dan diwajibkan kepada kalian untuk menunaikan haji, maka berhajilah kalian." Maka, mereka pun menjawab seruan Nabi Ibrahim itu dengan berdatangan ke Makkah, sambil mengumandangkan talbiah, "Laibaika-Llahumma Labaik, Labbaika la syarika laka Labbaik, inna al-hamda wa an-ni'mata laka wa al-mulk, la syarika laka."